Laporan Praktikum Metode IVY dan DUKE




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis.
Bleeding time adalah waktu lamanya perdarahan atau waktu yang diperlukan untuk berhentinya darah mengalir. Ada beberapa metode dalam bleeding time, yaitu :
1.      Metode Ivy 
Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode ivy tekanan darah manset diletakkan di lengan atas dan meningkat sampai 40 mmHg. Sebuah pisau bedah atau sesuatu yang digunakan untuk melakukan tusukan di lengan bagian bawah. Pisau otomatis pegas paling umum digunakan untuk membuat potongan berukuran standar. Waktu dari ketika menusuk luka dibuat sampai perdarahan semua telah berhenti diukur dan disebut waktu perdarahan ( bleeding time), setiap 30 detik  kertas saring digunakan untuk membersihkan darah.
2.      Metode Duke
Metode duke dibuat dikuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk menyebabkan perdarahan, seperti dalam metode Ivy tes ini waktunya dari awal perdarahan sampai perdarahan benar-benar berhenti. Kerugian dari metode duke adalah bahwa tekanan pada kapiler darah didaerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang daapat diandalkan. Keuntungan dari metode ini adalah bekas luka tidak tetap, sedangkan metode lain dapat mennimbulkan bekas luka.
Pemeriksaan ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan indikasi ada riwayat mudahnya terjadi perdarahan. Niali normal :
Metode Duke    : 1 – 3 menit
Metode Ivy        : 3 – 7 menit
Terjadinya trombositopenia (50.000 mg/dL) menunjukkan adanya potensi perdarahan yang memanjang. Waktu perdarahan memanjang selain terjadi pada penderita trombositopenia, juga pada penderita abnormalitas fungsi trombosit, defesiensi faktor pembekuan, ketidaknormalan vascular, penyakit hati berat, anemia aplastik, leukimia. Pemanjangan waktu perdarahan dapat juga disebabkan oleh penggunaan obat salisilat, antikoagulan warfarin, dekstran, dan agen fibrinolitik striptokinase.

B.     TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan pada pendarahan buatan sampai berhentinya pendarahan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Bleeding Time (Waktu Perdarahan)
Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (Juliantisilaen, 2014).
Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik. Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun 1980-an, sehingga muncul pertanyaan mengenai validitas pemeriksaan (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011).
Decterina melakukan analisis regresi linier untuk mengetahui sensitifitas, spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari Bleeding Time (waktu perdarahan). Nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit, kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011).
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah trombosit terutama dibawah 50.000/mm3 , kemampuan trombosit membentuk plug, vaskularisasi dan kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang cukup parah (Nugraha, Gilang, 2015).
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013) Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu Ivy dan Duke.
Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat, sehingga dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy.Agar pemeriksaan terstandarisasi maka dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan menggunakan sfigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Tusukan dilakukan pada lengan bagian bawah menggunakan lanset (Nugraha, Gilang, 2015).
Metode Duke kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan. Namun metode Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010).
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) lebih baik dengan menggunakan metode Ivy, karena dilakukan pada 8 permukaan volar lengan bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang relatif seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013).
B.     Masalah Klinis pada Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)
1.      Pemendekan waktu
Penyakit Hodkin
2.      Pemanjangan Waktu
a.       Purpura trombositopenia, disarankan untuk memeriksa jumlah trombosit sebelum melakukan tes waktu perdarahan (v.dacie, sir john dan lewis S.M)
b.      Abnormalitas fungsi trombosit, gangguan ini bisa disebabkan oleh obat paraprotein atau kelainan trombosit (v.dacie, sir john dan lewis S.M)
c.       Abnormalitas vaskular
d.      Leukemia
e.       Penyakit hati kronis
f.       DIC (disseminated intravascular coagulation)
g.      Anemia aplastik
h.      Defisiensi faktor (V, VII, XI)
i.        Penyakit christmas (Nugraha, Gilang, 2015)
C.    Manfaat Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dalam Klinik
Bleeding Time (waktu perdarahan) dalam laboratorium klinik bermanfaat untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dasar, apabila ditemukan kelainan maka dapat dilakukan 9 pemeriksaan yang lebih khusus untuk mencari suatu kelainan tertentu (R.Gandasoebrata,2010)
D.    Metode Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)
a.     Metode Ivy Ikatan spigmomanometer dikenakan pada lengan atas dengan tekanan 40 mmHg. Penusukan bagian lengan bawah kira-kira 3 jari dibawah lipat siku dengan kedalaman tusukan 3mm (R.Gandasoebrata,2010).  Insisi harus dibuat di tempat yang sudah dibersihkan, bebas dari penyakit kulit dan jauh dari vena (Riswanto, 2013)
Prinsip metode Ivy : Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013).
b.      Metode Duke Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan tusukan pada bagian cuping telinga dengan kedalaman 2 mm (R.Gandasoebrata, 2010). Prinsip metode Duke : Dibuat perlukaan standar pada daun telinga. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013).
E.     Peran Vasokonstriksi pada Hemostasis
Cedera pada pembuluh darah arteri yang besar atau sedang atau vena akan memerlukan tindakan bedah yang cepat untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi, ketika pembuluh yang lebih kecil, seperti arteriol, venula, atau kapiler terluka, maka terjadi kontraksi untuk kendali mengurangi perdarahan. Kontraksi dari dinding pembukuh darah disebut vasokonstriksi. Vasokonstriksi adalah reaksi refleks yang singkat dari otot polos pad dinding pembuluh yang berasal dari cabang simpatis dari sistem saraf otonom. Penyempitan atau stemosis dari lumen pembuluh darah akan mengurangi aliran darah pada pembuluh yang luka dan disekitar vaskular, dan memungkin cukup untuk menutup kapiler yang luka. (Rukman Kiswari, 2014)
Peran endotel, Endotel mengandung jaringan ikat kolagen dan elastin. Matriks jaringan ikat ini mengatur permcabilitas dinding darah dan memberikan rangsangan utama terhadap cedera yang diikuti terjadi trombosis pada pembuluh darah. Endotel sangat aktif secara metabolik dan terlibat dalam proses pembekuan. Endotel juga kaya dengan aktivator plasminogen yang jika dirangsang akan dengan tepat dilepaskan untuk mengaktifkan plasminogen, yang selanjutnya melisis bekuan fibrin dengan cepat. Selain itu, endotelium menguraikan prostasiklin, yang disintesis oleh endotelium dari prokusor prstaglandin yang bersifat sangat menghambat agregasi dan adhesi trombosit. Kolagen, khususnya, memulai aktivasi faktor XII, yang mengawasi terjadinya pembekuan darah. Perubahan struktur dan fungsi endotel, diprovakasi oleh rangsangan yang dapat mengakibatkan perubahan lokal, akut, dan kronis dalam intraksi endotelium. Perubahan ini dapat mencakup :
a.       Peningkatan permeabilitas terhadap lipoprotein plasma
b.      Hiperadhesi terhadap leukosit
c.       Ketidak keseimbangan faktor protrombotik dan anti- trombotik lokal.
Fungsi Endotel. Endolet terlibat dalam metabolisme dan klinik molekul srotonin angiotensin, dan brandikinin yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah, pergerakan cairan di endotel, dan peradangan. Terkait dengan pembetukan darah, sebagai salah satu dasar karakteristik normal, endotel yang utuh tidak bereaksi dengan trombosit dan tidak mampu untuk emulai aktivitas kantak permukaan faktor pembekuan XII. (Rukman Kiswari, 2014)
Disfungsi Endotel.  Apabila terjadi gangguan endotel, maka akan langsung mengaktifkan keempat komponen hemolisis, sehingga terjadi hal sebgai berikut :
1.      Awalnya, vasokonstriksi cepat selama 30 menit akan menguragi aliran darah dan meningkatkan aktivitas kontak trombosiy ddan faktor koagulasi.
2.      Pada tahap kedua, trombosit menuju ke jaringan ikat subendetodelial yang terkena, khususnya kolahen ddengan membentuk agregat. Agregat trombosit meningkatkan vasokonstrikasi lebih lanjut dengan melepaskan tromboksan A2 dan vasoaktifamin, termasuk serotonin dan epirefrain.
3.      Pada rahap ketiga, dimuali koagulasi melaui kedua sistem instrinsik dan ekstrinsik.
4.      Akhirnya, terjadi fibrinolisis setelah dikeluarkannya aktivator plasminogen jaringan (t-PA) dari dinding pembuluh darah. Fibrinolitil terhadap kelebihan bahan hemostatik diperlukan untuk membangaun pembuluh darah menjadi utuh kembali. (Rukman Kiswari, 2014)
F.     Trombosit
Trombosit  matang adalah frekmen sel yang aktif, merupakan komponen penting kedua dalam hemostasis. Trombosit tidak berinti dan berada dalam darah perifer setelah diprosuksi dari sitoplasma megakariosit merupakan sel terbesar yang ada dalam sumsusm tulang.
Peran trombosit dalam Hemostasis. Trombosit biasanya bergerak bebas melalui lumen pembuluh darah sebagai salah satu komponen dari sistem peredaran darah. Pemeliharaan pembuluh darah normal melibatkan nutrisis melalui endotel oleh beberapa konstituen trombosit. Untuk berlangsung hemostasis, trombosit tidak hanya ada dalam jumlah normal, tetapi juga harus berfungsi dengan baik. (Rukman Kiswari, 2014)
Fungsi Trombosit secara umum. Setelah kerusakan pada endotelium pembuluh darah, terjadi serangkain peristiwa, termasuk adhesi ke pembuluh darah yang terluka, perubahan bentuk, agregasi, dan sekresi. Setiap perubhan struktural dan fungsional disertai dengan serangkain reaksi biokimia yang terjadi selam proses aktivasi trombosit. Memran plaasma trombosit adalah fokus dari interaksi antra lingkungan ekstraselular dan intraselular. Salah satu kegiatan yang berbeda yang berhubungan dengan aktivitas trombosit dalam menanggapi kerusakan vaskular adalah pemeliharaan secara terus-menerus keutuhan vaskular oleh adhesi trombosit yang cepat pada endotel yang rusak. Selain itu, trombosit menyebar, menjadi aktif, dan membentuk agregat besar, dengan terbentuknya plug trombosit. Adhesi dan agregasi trombosit di lokasi pembuluh darah yang rusak memungkinkan untuk terjadi pelepasan molekul yang melibatkan dalam hemostasis dan penyembuhan luka dan memungkinkan permukaan membran untuk membentuk enzim koagulasi yang mengarah ke pembentukan fibrin. Penyembuhan pembuluh darah didukung oleh rangsangan migrasi dan proliferasi sel endotel dan sel otot polos medial melaui reaksi pelepasan. (Rukman Kiswari, 2014)
Adhesi Trombosit. Jika pembulug darah cedera, akan menyingkap permukaan endotel dan kolagen yang mendasari. Trombosit mendatangi serat kolagen subendotel, membentuk pseudopodia di sepanjang permukaan, dan antara trombosit satu dengan lainnya menyatu membentuk agregat. Adhesi trombosit ke jaringan ikat subendotelial, terutama kolagen, terjadi dalam 1- 2 menit. Setelah berdiam endotel. Epinefrin dan serotonin mendukung vasokonstriksi. ADP meningkatkan adhesi trombosit. Peningkatan adhesi trombosit menyebabkan trombosit yang beredar melekat pada kolagen. Hasilnya dalah massa trombosit kohesif yang meningkat dengan ceat mencapai ukuran yang cukup untuk membentuk plug trombosit. (Rukman Kiswari, 2014)
Agregasi Trombosit. Adalah tes standar untuk menentukan fungsi trombosit. Agregasi trombosit in vivo dalah proses yang jauh lebih kompleks dan dinamis dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Selama dekade terakhir, telah menjadi jelas  bahwa agregasi trombosit merupakan proses tahap adhesi yang melibatkan reseptor berbeda. Berbagai macam agen mampu menghasilkan agregasi trombosit in vitro. Agen ini meliputi materi seperti kolagen, enzim proteolitik seperti trombin, epinefrin, dan serotonin. Dinyatakan bahwa jembatan yang dibentuk oleh fibrinogen dengan kalsium meghasilkan permukaan yang lengket pada trombosit, ini menyebabkan agregasi. Jika agregat diperkuat oleh fibrindisebut sebagai trombus. Agregasi trombosit, detidaknya satu jalur dapat diblokir oleh zat seperti prostaglandin E (PGE), adenosin, dan obat anti- inflamasi nonsteroid, misalnya asparin. Hal ini secara trombosit dlam mekanisme biosintesis yang diperlukan untuk menyimpan protein baru,  terjadi catat yang disebabkan oleh aspirin selams masa hidupnya (sekitar 10 hari). Oleh karena itu, setelah pengobatan dengan aspirin dihentikan, aktivitas siklooksigenase secara perlahan akan pulih. Hal ini menjelaskan paradoks bagaimans obat dengan waktu paruh 20 menit dalam sirkulasi sistemik dapat sepenuhnya efektif sebagai antitrombosit ketiks cukup diberikan sekali sehari. (Rukman Kiswari, 2014)
G.    Faktor pembekuan
Faktor pembekuan adalah komponen penting dalam pembentukan trombus. Sel hati dalah tempat utama dari sintesis faktor koagulasi. Namun , sel-sel lain seperti sel-sel endotel, juga berperan penting dalam proses normal hemostasis dan trombosis. Secara kasik, faktor koagulasi digambarkan sebagai reaksi dalam urutan kaskade. Modifikasi dari urutan ini sekarang diketahui terjadi karena faktor koagulasi darah salinf vberinteraksi untuk membentuk trombus akhir yang larut.
Karakteristik Umum Faktor Koagulasi. Protein yang merupakan faktor pembentukan memiliki karakteristik yang sama. Karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut ini. (Rukman Kiswari, 2014)
1.      Terjadi kekurang salah satu faktor pada umumnya menyebabkan gangguan perdaraan, kecuali faktor XII, prekallikrein (faktor Fletcher), dan high molecule weigh hininogen (HMWK, faktor Fitzgerald).
2.      Masing-masing faktor diketahui mempuyai karakteristik fisik dan kimia.
3.      Sintesis faktor bersifat independen terhadap protein lain
4.      Faktor ini dapay diuji di laboratorium.
Karakteristik setiap faktor koagulasi. Masing-masing faktor koagulasi memiliki beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik ini meliputi : (Rukman Kiswari, 2014)
·        Faktor I (Fibrinogen). Fibrinogen adalah protein globulin berukuran berat yang stabil (berisi molekul 341.000 ). Fibrinogen adalah prekursor fibrin yang menghasilkan bekuan. Ketika fibrinogen bereaksi dengan trombin, dua peptida memisahkan diri dari molekul fibrinogen, menghasilkan fibrin monomer. Monomer-monomer agraget bersama-sama membentuk produk terpolimerisasi bekuan fibrin akhir.
Fibrinogen trombin → fibrin monomer → bekuan fibrin
·        Faktor II (Protrombin).  Protrombin adalah protein yang stabil (berat molekul 63.000). dengan dipengaruhi oleh kalsium teronisasi, protrombin diubah menjadi trombin oleh aksi enzimatik tromboplastin dari kedua jalur ekstrinsik dan intransik. Protrombin memiliki waktu paruh hampir 3 hari dan digunakan kira-kira 70% selama pembekuan. Kalsium terionisasi  adalah istila untuk menggantikan faktor IV. Kalsium terionisasi diperlukan untuk aktivitasi tromboplastin dan untuk konversi protrombin . kalsium trionisasi adalah bentuk fisiologis aktif dari kalsium.
·        Faktor V (Proaccelerin). Faktor V adalah protein globulin yang sangat labil, berupah dengan cepat, memiliki waktu paruh 16 jam. Faktor V digunkan dalam proses pembekuan dan sangat penting untuk tahap selanjutnya, yaitu pembentukan tromboplastin.
·        Tromboplastin jaringan (sebelumnya disebut faktor III). Tromboplastin jaringan adalah istila yang diberikan untuk setiap substansi nonplasma yang mengandung kompleks lipoprotein jaringan. Jaringan ini dapat berasala dari otak, paru-paru, endotel pembuluh darah, hati, plasenta, atau ginjal, yang merupakan jenis jaringan yang mampu mengonversi protrombin menjadi trombin.
·        Faktor VII (Proconvertin). Faktor VII, beta-globulin, bukan merupakan komponen penting dari mekanisme yang mengahasilkan tromboplastin dalam jalur instrinsik.fungsi faktor VII adalah aktivasi tromboplastin jaringan dan percernaan pembentukan trombin dari protrombin. Faktor ini dihambat oleh antagonis vitamin K.
·        Faktor VIII (faktor Antihemofilik).  Faktor ini adalah reaktan pada fase akut, digunkan selama proses pembentukan dan tidak ditemukan dalam serum. Faktor VIII sangat labil, dan berukurang sebanyak 50% dalam waktu 12 jam pada suhu 4oC in vitro. Faktor VII dapat dibagi ke dalam berbagai komponen fungsional.
·        Faktor IX (plasma thromboplastin Component). Faktor IX adalah faktor protein yang stabil yang tidak dipakai selama pembekuan. Ini adalah komponen penting dari sistem pembangkit tromboplastin jalur intrinsik, di mana dapat mempengaruhi laju pembentukan tromboplastin.
·        Faktor X (stuart factor ). Merupakan alfa-globulin, faktor yang relatif stabil. Bersama dengan faktor V, faktor X bereaksi dengan ion kalsium membentuk jalur akhir yang umumnya di mana produk-produk bergabung untuk membentuk tromboplastin akhir yang mengubah protrombin menjadi trombin. Aktivitas faktor X tanpaknya terkait dengan faktor VII.
·        Faktor XI (Tromboplastin Plasma). Faktor  XI, beta-globulin, dapat ditentukan dalam serum karena hanya sebagian yang digunkan selama proses pembekuan. Faktor ini sangat penting untuk mekanisme yang menghasilkan tromboplastin dalam jalur instrinsik.
·        Faktor XII (faktor hageman). Faktoe XII merupakan faktor yang stabil absorbsi faktor XII dari kininogen (dengan prekallikrein terikat dan faktor XI) pada permukaan pembuluh darah yang cedera akan memulai koagulasi dalam jalur istriksik. Karena mekanisme umpat balik, kallikrein (diaktifkan faktor flechter) memotong sebagian aktivitas molekul XIIa untuk menghasilkan bentuk yang lebih kinetik efektif XIIa.
·        Faktor XII (fibrin- stabilizing faktor, faktor penstabilisasi fibrin). Faktor ini bersama kalsium terionisasi menghasilkan bekuan fibrin yang stabil.
Jalur ekstinsik koagulasi. Merupakan jalur ekstinsik yang diperkarsai oleh masuknya tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah. Tromboplastin jaringan berasal dari fosfolipoprotein dan membran organel dari sel-sel jaringan yang terganggi. Fosfolipid trombosit tidak diperlukan untuk aktivasi pada jalur ekstrinsik karena faktoe jaringan mempunyai pasokan fosfolipid sendiri. Faktor VII akan mengikat fosfolipid dalam membaran sel dan jaringan membentuk faktor VIIa, yang merupakan enzim kuat yang mempunyai mengaktifkan faktor VII jaringan adalah kompleks dan tampaknya sebagai besar terganggu pada konsentrasi tromboplastin jaringan. Faktor VII hanya berperan dalan jakur ekstrinsik. Langkah terakhir adalah konversi fibrinogen manjadi fibrin oleh trombin. (Rukman Kiswari, 2014)
Jalur intrinsik koagulasi.  Jalur intrinsik melibatkan aktivasi faktor kontak prekallikrein, HMWK, faktor XII, dan faktor XI, faktor- faktor ini berinteraksi pada permukaan untk mengaktifkan faktor XI menjadi Ixa. Faktor Ixa bereaksi dengan faktor VIII, PF3, dan kalsium untuk mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa. Bersama faktor V, faktor Xa mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi trombin, yang selanjutnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Kolagen terpapar karena cedera pembuluh darah sangat mempengaruhi keceptan reaksi. (Rukman Kiswari, 2014)
Jalur bersama. Stelah faktor X diaktikan menjadi Xa, jalur ekstrinsik dan intrinsik memasuki jalur bersama. Faktor II (protrombin), diaktifakan menjadi trombin (faktor Iia), yang biasanya beredar dalam darah sebagai faktor yang aktif. Faktor XIIIa menyebabkan ikatan peptidak dalam jaringan fibrin terpolimerisasi. Reaksi silang ini memnetuk finrin yang lebih elastis dan kurang rentan terhadap liis oleh agen fibrinolitik. Finrin membentuk penutup yang longgar di daerah luka yang akan memperkuat sumbat trombosit dan menutup lka. Setelah dalam waktu yang singkat, gumpalan mulai menjadi lebih kecil dan lebih padat. (Rukman Kiswari, 2014)
Pembentukan fibrin. Pembekuan adalah hasil nyata dari konversi fibrinogen plasma menjadi bekuan fibrin yang stabil. Trombin memiliki peran uatama dalam mengkonversi faktoer XIII menjadi XIIIa dan dalam mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Pembentukan fibrin terjadi dalam tiga tahap, yaitu prtoteolisis, polimerisasi, dan stabilisai, awalnya trombin, enzim protease, akan menghasilkan finrin monomer, fibrinopepetida A, dan fibrinopeptida fragmen B. Pada langkah kedua, fibrin monomer berpolimerisasi secara spontan. Akhirnya, fibrin nomomer dihubungkan secara kovalen oleh faktor XIIIa menjadi fibrin polimer.(Rukman Kiswari, 2014)







BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    ALAT DAN BAHAN
·         Lancet Steril
·         Stopwatch
·         Alkohol 70 %
·         Kapas
·         Kertas Saring
·         Manset Tensimeter

B.     PERINSIP
Menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard.
C.     CARA KERJA
1)      Metode DUKE
Ø  Desinfeksi telinga dengan alkohol 70 %
Ø  Biarkan mengering, tusukkan  lanset steril dalam kedalaman 2-3 mm
Ø  Setelah darah keluar nyatalakan stopwatch
Ø  Setiap 30 detik dihisap dengan kertas saring tetapi jangan sampai menyentuh luka
Ø  Bila perdarahan berhenti maka hentikan stopwatch
Ø  Catat waktu perdarahan
2)      Metode IVY
Ø  Pasang manset tenstimeter pada lengan pasien kemudian atur tekanan darah pad 40 mmHg, tekanan ini dioertahankan sampai pemeriksaan selesai
Ø  Pilih lokasi penusukan kira-kira 3 -5 jari dibawah lipatan siku, pilih daerah kulit yang tidak ada vena
Ø  Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%
Ø  Rentangkan kulit dan tusuk dengan lanset steril sedalam 3 mm
Ø  Nyalakan stopwatch saat darah mulai keluar
Ø  Isap darah dengan kertas saring selama 30 detik
Ø  Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir
Ø  Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepaskan manset tensimeter
Ø  Hitung masa pendarahan
Nilai rujukan
-          1 – 3 menit untuk metode DUKE
-          1 – 7 menit untuk metode IVY



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1)      Metode Duke
-          Izza Tanasa         = 1menit 50 detik
-          Niar Patandun     = 1 menit 11 detik
-          Wa Ode Jumiati  = 2 menit 30 detik
-          St. Nurhidaya     = 1 menit 21 detik
-          Ryan Ayuni        = 1 menit 2 detik
-          Zumaira Abbas   = 2 menit 30 detik
-          Elma Wahyuni    = 1 menit
2)      Metode Ivy
-          Izza Tanasa          = 1 menit 27 detik
-          Niar Patandun      = 1 menit
-          Wa Ode Jumiati   = 1 menit 31 detik
-          St. Nurhidaya       = 1 menit 12 detik
-          Ryan Ayuni          = 1 menit
-          Zumairah Abbas   = 2 menit 1 detik
-          Elma Wahyuni     = 1 menit 40 detik

HASIL PENGAMATAN
    



Metode DUKE
 
Metode IVY
  
B.     PEMBAHASAN
Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (Juliantisilaen, 2014).
Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik. Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun 1980-an. Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013) Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu Ivy dan Duke.
Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat, sehingga dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy.Agar pemeriksaan terstandarisasi maka dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan menggunakan sfigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Tusukan dilakukan pada lengan bagian bawah menggunakan lanset (Nugraha, Gilang, 2015). Metode Duke kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan. Namun metode Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010).
Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) lebih baik dengan menggunakan metode Ivy, karena dilakukan pada 8 permukaan volar lengan bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang relatif seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013).
Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil pemeriksaan Bleeding time atau masa perdarahan  pasien : Metode Duke : Izza Tanasa = 1menit 50 detik, Niar Patandun = 1 menit 11 detik, Wa Ode Jumiati = 2 menit 30 detik , St. Nurhidaya = 1 menit 21 detik, Ryan Ayuni = 1 menit 2 detik, Zumaira Abbas = 2 menit 30 detik , Elma Wahyuni = 1 menit. Metode Ivy :  Izza Tanasa = 1 menit 27 detik, Niar Patandun = 1 menit, Wa Ode Jumiati = 1 menit 31 detik, St. Nurhidaya = 1 menit 12 detik, Ryan Ayuni = 1 menit, Zumairah Abbas = 2 menit 1 detik, Elma Wahyuni = 1 menit 40 detik Dengan demikian bahwa hasil pemeriksaan pasien masih dalam keadaan normal dimana nilai rujukan untuk masa perdarahan metode DUKE adalah 1 – 3 menit dan metode IVY adalah 1 – 7 menit.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil pemeriksaan Bleeding time atau masa perdarahan  pasien :
·         Metode Duke
Izza Tanasa        = 1menit 50 detik
Niar Patandun   = 1 menit 11 detik
Wa Ode Jumiati = 2 menit 30 detik
St. Nurhidaya    = 1 menit 21 detik
Ryan Ayuni       = 1 menit 2 detik
Zumaira Abbas  = 2 menit 30 detik
Elma Wahyuni   = 1 menit
·         Metode Ivy
Izza Tanasa        = 1 menit 27 detik
Niar Patandun   = 1 menit
Wa Ode Jumiati = 1 menit 31 detik
St. Nurhidaya    = 1 menit 12 detik
Ryan Ayuni       = 1 menit
Zumairah Abbas = 2 menit 1 detik
Elma Wahyuni   = 1 menit 40 detik
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan pasien masih dalam keadaan normal dimana nilai rujukan untuk masa perdarahan metode DUKE adalah 1 – 3 menit dan metode IVY adalah 1 – 7 menit.




DAFTAR PUSTAKA
Juliantisilaen. (2014). Waktu Perdarahan [internet]. Tersedia dalam http://www.slideshare.net/juliantisilaen/waktu-perdarahan [diakses 28 Mei 2014].
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN). (2011). Jurnal Anestesiologi Indonesia. Jawa Tengah : Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN).
Nugraha Gilang. (2015). PanduanPemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
R.Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia & Kanal Medika.
Dr. Rukman Kiswari, Hematologi & Transfusi,(Jakarta: Erlangga, 2014),




semoga bermanfaat bagi para pembaca...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJI BENEDICT SECARA KUANTITATIF

Mengenang kucing kucing kesayangan kami